Ku pernah gundah dalam duka
Kau tetap ingatkan ku dengan cinta
Tak semestinya kita lupa
Kasihnya tak berbalas spanjang usia
Kau tetap ingatkan ku dengan cinta
Tak semestinya kita lupa
Kasihnya tak berbalas spanjang usia
Ketika terlena ku dalam alpa
Kau rangkai saat terindah kuatkan jiwa
Maafkan cintamu yang ku lupakan
Ibunda do'a tulus untukmu
Tak semestinya kita lupa
-Angkasa Band-
Kau rangkai saat terindah kuatkan jiwa
Maafkan cintamu yang ku lupakan
Ibunda do'a tulus untukmu
Tak semestinya kita lupa
-Angkasa Band-
5 Nov.
2012 tepat pukul 17:05 sore hari terbangun dengan sebuah nada dering “on the
spot”, HP bermerek Nokia saya itu digetarkan dengan sebuah pesan singkat dari
seorang mahasiswa saya yang menanyakan jadwal ujian tengah semester. Akupun membalasnya
dengan mata masih sayup-sayup, bahwa UTS akan dilaksanakan hari ahad depan.
Hari ini saya sangat lelah, teringat sejak semalam begadang sampai sekitar jam 2 pagi. Kemudian bangun dan berangkat ketempat mengajar (sekolah), pulang jam 14:30 setelah itu singgah di rumah teman mengambil pesanan madu yang tak jauh dari tempat mengajar.
Saya memesan madu buat ole-ole di kampung, rencana saya dan ponakan hendak pulang kampung hari rabu ini, buat menghadiri acara pesta keluarga di tanah kelahiran saya, Sulawesi Selatan. Meski tak seberapa, setidaknya membawa sesuatu ke kampung buat kakak disana merupakan hal yang menggembirakan. Apalagi di tempat saya ini, di Kolaka dikenal dengan madu aslinya.
.
Kata teman
yang menjual sih, kalau madunya di jamin asli (high quality). Madu itu katanya
di ambil dari Mowewe Utara salah satu tempat terpencil yang memang warga disana
dikenal dengan penghasil madu yang diambil dari pegunungan. Entahlah, apakah
itu asli atau bukan yang pastinya dengan niat yang tulus memberikan yang
terbaik kepada orang lain apalagi kepada keluarga adalah sebuah amal ibadah,
insyaAllah.
Tak terasa
berbincang-bincang dengan pemilik rumah, jam sudah menunjukkan pukul 15:20,
suara adzan ashar pun terdengar dan saya pun pamit pulang. Tiba-tiba teringat
dengan penjilidan, kebetulan antara rumah saya dengan sekolah tempat mengajar,
melewati tempat foto copy. Saya hendak menjilid sebuah artikel tentang materi ajar
kuliah berjudul “Perancangan Struktur” setebal 116 halaman, lumayan tebal jika
dijilid sendiri dirumah, stappler kecil tak mampu.
Makanya saya berinisiatif menjilidnya di sana sekaligus memfoto copy beberapa lembaran sampul. Kadang memang saya menjilid sendiri jika jilida-annya hanya senderhana dan tidak terlalu tebal. Hitung-hitung lebih hemat dibanding membawanya ke tempat penjilid-an, yang jika dilihat sangat sederhana, hanya bermodalkan satu stappler, lakban hitam, dan gunting, selebihnya bermodalkan kerapian saja, selesai. Hehe.... (semasih bisa, jangan dimanjakan oleh keadaan ya...)
Makanya saya berinisiatif menjilidnya di sana sekaligus memfoto copy beberapa lembaran sampul. Kadang memang saya menjilid sendiri jika jilida-annya hanya senderhana dan tidak terlalu tebal. Hitung-hitung lebih hemat dibanding membawanya ke tempat penjilid-an, yang jika dilihat sangat sederhana, hanya bermodalkan satu stappler, lakban hitam, dan gunting, selebihnya bermodalkan kerapian saja, selesai. Hehe.... (semasih bisa, jangan dimanjakan oleh keadaan ya...)
Sekitar 20
menit di sana, saya pun pulang dengan “white ito’” si Kuda Besi ku, motor diparkir, istirahat
sejenak, shalat, dan makan siang... sekitar jam 4 sore, godaan mata hendak
istirahat tak tertahan lagi, saya pun tertidur di depan tv. Salah satu
kebiasaan baru sejak tinggal di sini, sekitar satu tahun lebih kebiasaan tidur
depan kotak bergambar menjadi trend baru, menonton sampai tertidur, bahkan
salah seorang teman pernah berkata kalau bukan lagi saya yang menonton tapi
saya yang ditonton oleh tv. Hehhe..... :D
Kembali ke
awal, saya terbangun oleh nada dering.... duduk sejenak, kemudian mandi sore dan
bersiap shalat magrib.
Pukul 18:30, entah tiba-tiba teringat dengan lagu Angkasa Band yang berjudul: Tak Semestinya Kita Lupa . ada apa
gerangan kuteringat dengan ibunda yang jauh disana, mungkin karena saya hendak
pulang kampung. Memang lebaran idul fitri dan lebaran haji kemarin saya tidak
pulang kampung karena kesibukan kejar deadline pekerjaan bulan oktober kemarin.
Tak terasa air mata pun menetes, setelah kumemutar lagu itu, apakah memang saya
lupa denganmu ibu, hingga kutak ada kesempatan menjenguk makam mu..??! tanyaku
dalam hati,... air mata ini pun semakin deras mengingat ayahanda yang juga kini
bersama ibu di pelukan ilahi.
Tak kuasa,
tak terhenti air mata mengalir, saat liriknya, "Ketika terlena ku dalam
alpa...."
dan di akhiri dengan lirik... "Tak semestinya kita lupa...."
Seakan membalas lirik itu, hati
ini pun menjawabnya...
Ibu, sangat kusadari semua yang ada
padaku saat ini
Adalah buah kegigihan ibunda dan
ayahanda dalam keridhaan-Nya...
.
.
Ibu, kutakkan pernah melupakanmu, takkan
pernah...
.
.
Ibu, terlebih engkau aman
bersamaNya, kutakkan lupa...
.
.
Ibu, dalam lima waktuku, takkan
pernah alpa nama kalian...
.
.
Ibu, meski jasad tak berjumpa,
namamu tertanam dalam di hati...
.
.
Ibu, doaku selalu untukmu dalam
rindu...
.
.
Ibu, senantiasa kuberdoa agar kudihindarkan
dari kelupaan...
.
.
Ibu, aku percaya janji-janjiNya
bahwa kita akan dikumpulkan bersama orang-orang yang kita cintai....
.
.
Ibu, maafkanlah aku...
.
.
Ibu, kami mencintaimu dengan
sebenar-benarnya cinta...
-Kolaka, 18:35-20:00 malam-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar