"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim lagi bodoh”
[QS. Al-Ahzab 72 ]

Tak Semestinya Kita Lupa


Ku pernah gundah dalam duka
Kau tetap ingatkan ku dengan cinta
Tak semestinya kita lupa
Kasihnya tak berbalas spanjang usia
Ketika terlena ku dalam alpa
Kau rangkai saat terindah kuatkan jiwa
Maafkan cintamu yang ku lupakan
Ibunda do'a tulus untukmu
Tak semestinya kita lupa

  -Angkasa Band-



5 Nov. 2012 tepat pukul 17:05 sore hari terbangun dengan sebuah nada dering “on the spot”, HP bermerek Nokia saya itu digetarkan dengan sebuah pesan singkat dari seorang mahasiswa saya yang menanyakan jadwal ujian tengah semester. Akupun membalasnya dengan mata masih sayup-sayup, bahwa UTS akan dilaksanakan hari ahad depan. 


Hari ini saya sangat lelah, teringat sejak semalam begadang sampai sekitar jam 2 pagi. Kemudian bangun dan berangkat ketempat mengajar (sekolah), pulang jam 14:30 setelah itu singgah di rumah teman mengambil pesanan madu yang tak jauh dari tempat mengajar. 
Saya memesan madu buat ole-ole di kampung, rencana saya dan ponakan hendak pulang kampung hari rabu ini, buat menghadiri acara pesta keluarga di tanah kelahiran saya, Sulawesi Selatan. Meski tak seberapa, setidaknya membawa sesuatu ke kampung buat kakak disana merupakan hal yang menggembirakan. Apalagi di tempat saya ini, di Kolaka dikenal dengan madu aslinya. 
.
Kata teman yang menjual sih, kalau madunya di jamin asli (high quality). Madu itu katanya di ambil dari Mowewe Utara salah satu tempat terpencil yang memang warga disana dikenal dengan penghasil madu yang diambil dari pegunungan. Entahlah, apakah itu asli atau bukan yang pastinya dengan niat yang tulus memberikan yang terbaik kepada orang lain apalagi kepada keluarga adalah sebuah amal ibadah, insyaAllah.

Tak terasa berbincang-bincang dengan pemilik rumah, jam sudah menunjukkan pukul 15:20, suara adzan ashar pun terdengar dan saya pun pamit pulang. Tiba-tiba teringat dengan penjilidan, kebetulan antara rumah saya dengan sekolah tempat mengajar, melewati tempat foto copy. Saya hendak menjilid sebuah artikel tentang materi ajar kuliah berjudul “Perancangan Struktur” setebal 116 halaman, lumayan tebal jika dijilid sendiri dirumah, stappler kecil tak mampu. 

Makanya saya berinisiatif menjilidnya di sana sekaligus memfoto copy beberapa lembaran sampul. Kadang memang saya menjilid sendiri jika jilida-annya hanya senderhana dan tidak terlalu tebal. Hitung-hitung lebih hemat dibanding membawanya ke tempat penjilid-an, yang jika dilihat sangat sederhana, hanya bermodalkan satu stappler, lakban hitam, dan gunting, selebihnya bermodalkan kerapian saja, selesai. Hehe.... (semasih bisa, jangan dimanjakan oleh keadaan ya...)

Sekitar 20 menit di sana, saya pun pulang dengan “white ito’” si Kuda Besi ku, motor diparkir, istirahat sejenak, shalat, dan makan siang... sekitar jam 4 sore, godaan mata hendak istirahat tak tertahan lagi, saya pun tertidur di depan tv. Salah satu kebiasaan baru sejak tinggal di sini, sekitar satu tahun lebih kebiasaan tidur depan kotak bergambar menjadi trend baru, menonton sampai tertidur, bahkan salah seorang teman pernah berkata kalau bukan lagi saya yang menonton tapi saya yang ditonton oleh tv. Hehhe..... :D

Kembali ke awal, saya terbangun oleh nada dering.... duduk sejenak, kemudian mandi sore dan bersiap shalat magrib. 

Pukul 18:30, entah tiba-tiba teringat dengan lagu Angkasa Band yang berjudul: Tak Semestinya Kita Lupa . ada apa gerangan kuteringat dengan ibunda yang jauh disana, mungkin karena saya hendak pulang kampung. Memang lebaran idul fitri dan lebaran haji kemarin saya tidak pulang kampung karena kesibukan kejar deadline pekerjaan bulan oktober kemarin. 

Tak terasa air mata pun menetes, setelah kumemutar lagu itu, apakah memang saya lupa denganmu ibu, hingga kutak ada kesempatan menjenguk makam mu..??! tanyaku dalam hati,... air mata ini pun semakin deras mengingat ayahanda yang juga kini bersama ibu di pelukan ilahi.

Tak kuasa, tak terhenti air mata mengalir, saat liriknya, "Ketika terlena ku dalam alpa...."
dan di akhiri dengan lirik... "Tak semestinya kita lupa...."

Seakan membalas lirik itu,  hati ini pun menjawabnya...

Ibu, sangat kusadari semua yang ada padaku saat ini
Adalah buah kegigihan ibunda dan ayahanda dalam keridhaan-Nya...
 .
Ibu, kutakkan pernah melupakanmu, takkan pernah...
 .
Ibu, terlebih engkau aman bersamaNya, kutakkan lupa...
.
Ibu, dalam lima waktuku, takkan pernah alpa nama kalian...
.
Ibu, meski jasad tak berjumpa, namamu tertanam dalam di hati...
.
Ibu, doaku selalu untukmu dalam rindu...
.
Ibu, senantiasa kuberdoa agar kudihindarkan dari kelupaan...
.
Ibu, aku percaya janji-janjiNya bahwa kita akan dikumpulkan bersama orang-orang yang kita cintai....
.
Ibu, maafkanlah aku...
.
Ibu, kami mencintaimu dengan sebenar-benarnya cinta...

-Kolaka, 18:35-20:00 malam-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...