Gambar hasil desain. |
Ahad 28 oktober 2012 Hari kedua setelah lebaran 1433 H.
sebelumnya saya ucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha
1433 H, mohon maaf lahir bathin ya...
Cerita kali ini, saya beri juduL “Perjalanan
Singkat Tapi Panjang” panjang amat ya, ngaco’ lagi...
Pekan lalu dapat “tugas” baru mendesain model
sebuah bangunan rumah yang sudah setengah jadi, sekitar 70 persenan. Si pemilik
meminta didesainkan dengan model minimalis dengan atap tak terlihat (unvisible) dari samping dan depan dalam
arti aliran air hujan jatuhnya ke belakang. “pokoknya minimalis” kata yang
punya rumah.
Tiba saatnya survey lokasi, letaknya tidak jauh
dari kota Kolaka kurang lebih 25 kilometer atau sekitar 30 menit perjalanan ke
tempat itu, tempat itu bernama Sopura. Jam 11:00 siang saya dijemput dirumah
dan berangkat dengan Avanza merah maron, yang menurut supirnya/pemiliknya
sangat irit penggunaan bahan bakarnya, “seperti motor metic” katanya. Dari situ kami memulai perbincangan di sepanjang
perjalanan.
Dari seputar mobil sampai isu Pilkada mewarnai
perbincangan kami. Memang tidak lama lagi Pemilihan kepala daerah tingkat
provinsi (pemilihan gubernur) akan digelar, “tanggal 4 Nopember 2012 kalau
tidak diundur” kata bapak itu sambil menyetir dengan santai. Tampak jalanan
memang agak lengang, yang biasanya dipenuhi kendaraan berat dan kendaraan
berbendera yang mondar mandir kayak ayam kehilangan emaknya.., kwkwkwk... yah, maklum
perjalanan kami melewati kawasan pertambangan nikel (ANTAM Tbk.), namun kali
ini hanya beberapa kendaraan open kap memuat orang dan kendaraan roda dua, yang
sepertinya hendak bersilaturahmi kemana gitu... kan masih musim pasca lebaran... (massiarah.red.) :D
Menurut bapak itu, (lanjut cerita) persaingan
menjadi orang nomor satu di bumi Anoa ini sangat ketat pastinya. Ada tiga
kandidat yang maju dalam pesta rakyat itu, “Yang paling di unggulkan ada dua
calon, yang pertama pasangan BM-AmiruL (Buhari Matta-Amirul Tamim) dan NUSA
(Nur Alam-Saleh Lasata)” pungkasnya. Khususnya di kabupaten Kolaka ini beliau
memprediksi suara BM di bawah suara Nur Alam, yang notabene BM adalah kandidat
dari kabupaten Kolaka sekaligus bupati dua periode saat ini sampai tahun 2014 nanti
sedangkan Nur Alam memiliki basis suara di Kota Kendari dan sekaligus gubernur
hingga 2012 ini yang mencalonkan diri kembali di ajang itu.
Bukan tanpa alasan, bapak itu membaca peta politik
sebagai orang yang tidak sedikit mengenal orang-orang “besar” di tanah Mekongga
ini (Kolaka). Melihat kampanye yang dilakukan oleh pasangan Nur Alam itu pada
ahad pekan lalu para orator saat itu adalah orang-orang yang berpengaruh, sebut
saja Pak Berty (sapaannya) yang dua periode menjabat sebagai bupati Kolaka yang
konon pada masa jabatan beliau adalah era pembangunan dan sangat di akui oleh
sebagian masyarakat sebagai tokoh pembangunan di kabupaten ini.
Agak sedikit berbeda pendapat dengan prediksi bapak
itu, saya justru memprediksi untuk wilayah kabupaten Kolaka ini BM tetap
unggul, pundi-pundi suara yang bisa diraih sekitar 65% dan selebihnya terbagi
ke dua kandidat lainnya, entah kalau di kabupaten lain. Dengan pertimbangan beliau
sangat mengenal peta politik di daerah “kekuasaanya” sendiri, kan beliau masih
orang nomor satu di Kabupen ini... prediksi skeptis dan simpel ya... hehe... :D
Tak terasa sekitar 30 menit memperbincangkan soal
pilkada yang entah untungnya buat kita ada atau tidak, setidaknya ada bahan
bercakap-cakap daripada kayak orang yang “baku bombe’” dalam satu mobil...
akhirnya sampai juga di lokasi...
Kami berdua langsung duduk sejenak di depan rumah
klien yang kami datangi, semacam rumah-rumah kecil tak berdinding ukuran 2x2
meter dari kayu beratap jerami... disitulah kami bersantai dan berkenalan
dengan pemilik dan seorang tetangganya...
Tak lama kami kemudian disuguhi teh hangat dan
setoples kue kering, berwarna putih bulat-bulat berselimut serbuk biskuit
(entah kue apa namanya) sebut saja “kue
bersalju” kataku dalam hati sambil senyum-senyum sendiri pada saat itu,
asal makan saja... uenakk tenaangg... hehehe...
Hanya sekali menyeruput teh dalam cangkir berwarna
putih itu, suara adzan dzuhur pun terdengar, kebetulan mesjid tidak jauh dari
tempat kami, sekitar 30 meter jaraknya. Kami pun memenuhi panggilan itu...
shalat...
Dalam perjalanan kaki menuju mesjid, terlintas
pikiran tentang air wudhu. Ternyata air wudhu di tempat itu lancar, karena
pernah beberapa mesjid yang saya dapati dan singgahi jika dalam perjalanan
jauh, kendala utamanya adalah air wudhu. Namun mesjid kali ini
lancar...carr...carrr.., jikalau dipakai mandi dan mencuci white ito’ (nama kuda besiku) tujuh hari
berturut-turut pun, masih sanggup... hehehe... (teringat white ito’ saat
itu)... Bismillah, wudhu pun dimulai...
Mesjid itu lumayan besar, sekitar 10x10 meter badan
mesjid belum termasuk teras keliling sekitar 1,5 meter dengan kondisi bangunan
sangat kokoh dan bersih...
Masuk, langsung shalat sunnah, sepertinya cuma saya
yang ditunggu saat itu, padahal biasanya selang waktu setelah adzan sekitar
7-10 menit baru kemudian iqomat. Ternyata jamaah memang hanya ada empat orang,
saya, bapak yang punya mobil, seorang anak muda, dan bapak yang sudah agak tua
sebagai imam shalat. Pantaslah selang waktu antara adzan dengan iqomatnya agak singkat.
Dapat dilihat bahwa sepertinya tak ada lagi yang ditunggu dan sepertinya pula
hanya itu-itu saja jamaahnya, saya sempat membayangkan bagaimana kalau kami
berdua tidak ada pada saat itu?! Mungkin hanya pak imam dan anak muda itu. Dan
tampaknya anak muda itupun hanya singgah shalat, dan bukan orang yang tinggal di
sekitar daerah itu.
Saya pernah mendengar perkataan seorang ustad bahwa
kita mampu mengalahkan orang-orang Yahudi jika shalat subuh di mesjid sama
ramainya ketika shalat jum’at... Kalau shalat dzuhur saja siang-siang begini
jumlahnya segini bagaimana shubuhnya, yang semua orang tau puncak kenikmatan
tidur adalah subuh, momen yang seorang penyabar pun bisa menjadi ganas jika
dibangunkan jam 4 atau jam 5 subuh... bisa menggigit pula... hehe... realita
kejadian jamaah mesjid yang mesti diakui eksistensinya....
Empat rakaat sudah ditunaikan, kami kembali ke
rumah si pemilik, langsung mengambil meteran dan mengukur bagian-bagian rumah
setengah jadi itu. Heran juga mengapa rumah itu dibangun tanpa perencanaan
gambar dan ukuran yang tepat. Kebanyakan memang bangunan yang saya jumpai di
daerah Kolaka ini masih belum memiliki surat izin membangun, padahal sebelum
membangun IMB semestinya sudah ada, dan salah satu syaratnya adalah harus ada
gambar rencana bangunan. Entah mengapa sistem tidak berjalan di beberapa daerah
di Indonesia, disamping itu didukung pula kesadaran masyarakat yang minim akan
hal itu, yah ironis juga... (ngangguk-ngangguk dengan ekspresi bibir sedikit
maju)... :D
Luas rumah tersebut sekitar 136 meter persegi
dengan arah memanjang (17 meter ke belakang dan lebar 7,5 meter ditambah dapur
samping 4 x 2,5 meter). Berlantai satu, terdiri atas 4 kamar tidur dan 2 km/wc
dan rumah belum ditinggali. Kondisi rumah, dinding sudah ada berdiri tegak
belum diplester luar-dalam, tinggi bangunan tersebut 4 meter, kusen dan atap sudah
terpasang 100 persen, bahan penutup atap memakai seng gelombang dan sudah
terpasang untuk badan rumah dengan kemiringan atap 6 derajat dari belakang ke
depan atau ketinggian bagian depan rumah sekitar 1,8 meter.
Rumah belum dilantai dan belum diplafond. Untuk
sementara pemilik belum melanjutkan pekerjaan dengan maksud mencari desain
tampak minimalis tanpa kelihatan atapnya. Nah, untuk itulah saya diajak...
cie..cie... (berlagak ahli desaign)... astagfirullah... :D
Jelas tidaklah, cuma merasa menghargai kepercayaan
bapak itu yang mengemudi tadi, kebetulan beliau seperti keluarga (meski luar
biasa jauhnya-tanpa hubungan darah, kecuali hubungan dari nabi Adam), heee...
Setelah mengukur sekat-sekat dalam rumah itu akhirnya
kami kembali ke area teh kami dan bertemu kembali dengan kue bersalju,
kebetulan pada saat itu panasnya luar biasa, jadi kami duduk-duduk saja di luar
rumah. Entah akhir-akhir ini di daerah Kolaka jika sudah jam 9 pagi sampai jam 15
sore panasnya luar biasa, tapi ketika menjelang sore hari, hujannya pun luar
biasa pula... aneh, ada yang bilang gejala atau tanda-tanda kiamat, yang
diprediksi bulan desember nanti.
Menurut kepercayaan suku Maya dari Amerika Latin,
konon akhir dari kehidupan manusia dan kehancuran bumi akan terjadi tahun ini,
mereka merujuk akan penanggalan mereka yang sudah habis pada tahun 2012
tepatnya tanggal 21-12-2012. Wah, ngeri juga...
Sambil bercakap-cakap yang topiknya apalagi kalau
bukan Pilkada... (geleng-geleng kepala sepertinya sudah agak bosan juga
berbicara politik), saya pun mengambil tas yang ada di mobil dan membuka buku
wajib saya (laptop). Saya bermaksud memperlihatkan desain yang saya buat
beberapa hari yang lalu. Karena sebelumnya saya diberi gambaran ukuran yang
kurang pasti tentang rumah itu. Dan hasilnya memang banyak yang tidak sesuai
dengan ukuran yang aslinya. Tapi dari segi posisi dan model denah rumah itu
tidak berubah, hampir sama. Kemudian saya memperlihatkan beberapa hasil desain
saya dan si pemilik nampaknya tertarik dan meminta untuk di cetakkan. Wah,
rasanya lega juga melihat si pemilik puas. Dengan motto “Kepuasan pelanggan
adalah kepuasan kami”... “Anda puas kami Lemas...” kwkwk.... just kidding sir... :D
Tidak lama setelah itu kami diajak makan siang terlebih
dahulu sebelum pulang, menunya luar biasa pemirsa (tak usah diceritakan) yang
pastinya muantapp... mungkin karena masih hawa-hawa lebaran.
Tak terasa akhirnya kami harus pulang, jam sudah
menunjukkan pukul 13:40. Kami pun pamit, ambil tas, topi dan jaket, kami
cabut... (sambil lirik-lirik kue salju dalam toples yang sisa setengah)...
Hahahah... gila, laperrr... maklum, sebelum kami datang kami belum makan siang
di rumah... :D
Sebelum menaiki roda empat yang iritnya seperti
motor metic (katanya), saya sempat mengambil gambar dari kejauhan foto mesjid
itu. Setelah saya lihat baik-baik, ternyata mesjid itu tak ada plakat namanya,
dari depan pun tidak ada. Hmmm...
Dan saat hendak naik ke mobil itu, jam tangan pun
tersangkut saat berusaha membuka jaket, jatuh dan berhamburan. Apes dahhh....
:’(
Tapi tidak apa-apalah, mungkin masih bisa
diperbaiki, sampai sekarang belum saya cek kondisinya, masih di dalam tas
adanya...
Nah, sekarang dalam perjalanan pulang muatan mobil metic ini (hehe... sebutannya sajalah)
masih sama, hanya ada kami berdua lagi. Dan kami berbincang lagi tentang
pengalaman bapak itu, kebetulan beliau bekerja di sebuah perusahaan asuransi
ternama di Indonesia, dan cabangnya ada di kabupaten ini. Dan kebetulannya
lagi, saya masuk dalam keanggotaannya. Bapak itu menceritakan klien-klien yang
ia jumpai selama ini, ada suka dukanya, dan “kebanyakan dukanya” paparnya.
Bagaimana tidak, beliau sering menangani klaim asuransi jiwa, tentunya banyak
berjumpa dengan keluarga korban meninggal. Sambil menyetir bapak itu dengan
semangatnya berbagi cerita seperti saat kami baru pergi tadi siang. Dan memang
bapak itu sangat bijak, dan senantiasa membantu keluarga korban baik dalam
kebijaksanaan eksternal perusahaan maupun dari segi internal kelengkapan berkas
kliennya. Saya pun bersemangat mendengar kisah-kisah hidup beliau, kebetulan
saya adalah pendengar yang baik, hehe... Salut dah buat bapak itu...
Tak lama, tampak mendung menghadang kami dari
depan, gelap yang bergerak mendekat ke arah kami... dan akhirnya hujanpun turun
saat kami mendekati kawasan pertambangan yang kami lewati tadi siang saat
berangkat. Gerimis kemudian hujan deras, disertai kilat kami pun berdiam sambil
berdoa, semoga kami baik-baik saja sampai di tujuan...
Sungguh perjalanan singkat tapi saya
menikmatinya... senang rasanya...
Dalam perjalanan pulang banyak kejadian yang hendak
saya tuliskan, tapi sepertinya sudah ngantuk berat nih, waktu menunjukkan pukul
01:25 malam, nanti kita lanjut lagi kalau ada yang berminat... hehe...
Sedikit bocoran, bahwa dalam perjalanan pulang
menembus hujan deras itu, kami pun membicarakan sesuatu lagi, apa itu???
Apalagi kalau bukan PILKADA... PILKADA again...! jadi pendengar lagi....
huffft....!!!
Oke next time, kita lanjut ya... see u... :)